Pengaruh Pencatatan Akuntansi ditinjau dari Alquran
Oleh : Sandra Reri Nufrida [11520046]
Artikel ini untuk memenuhi Ujian Tengah
Semester pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Alquran
diturunkan bagi manusia agar hidupnya terarah, kearah yang lebih baik tentunya. Dalam alquran berisi tentang aturan-aturan-Nya , ilmu pengetahuan, cerita Nabi
dan Rasul-Nya dan masih banyak lagi. Harusnya kita semakin mudah menjalani
hidup ini, karena segala aturan telah ditetapkan, namun gejolak hawa nafsu dan
perkembangan zaman yang harus kita hadapi agar kita tetap berada dalam
rute-Nya.
Seperti
halnya dengan ilmu yang sedang kita pelajari sekarang, Akuntansi. Dimana ilmu
ini sangat berkaitan dengan muamalah. Tak lepas dari salah satu definisi akuntansi
yaitu pencatatan, pencatatan segala traksaksi perdagangan yang terjadi, Allah
telah menetapkan dalam firmanNya surat Al Baqarah ayat 282, yang berarti :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al
Baqarah : 282)”
Jika kita
mengikuti aturan, maka kita akan mencatat segala transaksi yang terjadi sesuai
dengan fakta yang ada, namun ada kalanya hawa nafsu yang menguasai hati kita,
lalu mencatat seenak hati, mengambil yang bukan haknya.
Ketika pencatatan
tidak lagi sesuai dengan faktanya, maka pertanggung jawaban sosial atas
pelaporan menjadi tidak ada.
Dalam
Alquran menyebutkan kata ‘hisab’. ‘Hisab’ atau ‘akun’ (perhitungan) merupakan
akar dari akuntansi. Setiap manusia memiliki akun yang berisi catatan setiap
tindakan baik dan buruk manusia selama hidup di dunia yang pada saatnya nanti
harus dipertanggungjawabkan. Ayat-ayat yang menyebutkan tentang hisab :
"Adapun orang yang diberikan kitabnya
dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah",
[al Insyiqaq : 7-8].
"Adapun orang yang diberikan kitabnya
dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala (neraka)". [al Insyiqaq : 10-12]
"Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali
mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka". [al
Ghasyiyah : 25-26]
"Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi
balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini.
Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya". [al Mu’min : 17]
Pada dasarnya
kemiripan antara ‘hisab’ di Islam dan akuntansi terletak pada tanggungjawab
setiap muslim untuk melaksanakan kewajiban berlandas ketentuan yang dijelaskan
dalam kitab suci Alquran. Dalam hubungannya dengan bisnis, manajemen, penyedia
dana bertanggungjawab terhadap semua tindakannya baik di dalam maupun di luar
perusahaan. Pertanggungjawaban yang dimaksud di sini adalah ke umat atau
masyarakat luas.
Kita sebagai
umat Islam juga diharuskan mengungkapkan sesuatu dengan penuh fakta. Mengacu pada
pemenuhkan kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi, maka umat islam
diharuskan menyediakan informasi keuangan yang memungkinkan publik dapat
memperoleh akses dengan mudah. Pengungkapan penuh atas informasi dan penyedia
akses informasi secara mudah juga cerminan dari akuntabilitas manusia kepada
Allah. Ayat-ayat tentang kejujuran :
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur). (Q.S
At Taubah; 119)”
“Artinya
: Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).
Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jika
mereka benar (jujur) imannya terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih
baik bagi mereka. (QS. Muhammad; 21)”
“Artinya
: Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang jujur), orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
(Q.S An Nisa; 69)”
“Artinya
: Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu
golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang
jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. (QS.
Al Anfaal; 58)”
Beberapa ayat
dalam Alquran juga mendeskripsikan pentingnya penyajian informasi keuangan
secara benar dan penuh, termasuk detail untuk semua transaksi. Informasi keuangan
harus disajikan sesuai dengan ketentuan, dan menggambarkan fakta yang terjadi. Penyajian
informasi keuangan yang memadai merupakan bentuk pemenuhan kewajiban, dan
informasi yang disajikan bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Sebagai calon-calon
akuntan yang berjiwa ulul albab tentunya kita harus belajar menata hati,
meredam hawa nafsu, dan lebih membentengi diri dengan iman agar dalam menerapkan
ilmu yang telah didapat lebih bermanfaat, dapat menjadi insan yang selalu
bertanggung jawab baik kepada Allah maupun sesama manusia.
Referensi :
1.
Alquran
2.
Alquran & Akuntansi, Sony Warsono-Bin
Hardono, ABPublisher, Yogyakarta, 2012.
3.
http://almanhaj.or.id/content/2561/slash/0/hisab-pada-hari-pembalasan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar