Senin, 15 April 2013

Pengaruh Pencatatan Akuntansi ditinjau dari Alquran

Pengaruh Pencatatan Akuntansi ditinjau dari Alquran
Oleh : Sandra Reri Nufrida [11520046]
Artikel ini untuk memenuhi Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Alquran diturunkan bagi manusia agar hidupnya terarah, kearah yang lebih baik tentunya. Dalam alquran berisi tentang aturan-aturan-Nya , ilmu pengetahuan, cerita Nabi dan Rasul-Nya dan masih banyak lagi. Harusnya kita semakin mudah menjalani hidup ini, karena segala aturan telah ditetapkan, namun gejolak hawa nafsu dan perkembangan zaman yang harus kita hadapi agar kita tetap berada dalam rute-Nya.
Seperti halnya dengan ilmu yang sedang kita pelajari sekarang, Akuntansi. Dimana ilmu ini sangat berkaitan dengan muamalah. Tak lepas dari salah satu definisi akuntansi yaitu pencatatan, pencatatan segala traksaksi perdagangan yang terjadi, Allah telah menetapkan dalam firmanNya surat Al Baqarah ayat 282, yang berarti :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqarah : 282)”
Jika kita mengikuti aturan, maka kita akan mencatat segala transaksi yang terjadi sesuai dengan fakta yang ada, namun ada kalanya hawa nafsu yang menguasai hati kita, lalu mencatat seenak hati, mengambil yang bukan haknya.
Ketika pencatatan tidak lagi sesuai dengan faktanya, maka pertanggung jawaban sosial atas pelaporan menjadi tidak ada.
Dalam Alquran menyebutkan kata ‘hisab’. ‘Hisab’ atau ‘akun’ (perhitungan) merupakan akar dari akuntansi. Setiap manusia memiliki akun yang berisi catatan setiap tindakan baik dan buruk manusia selama hidup di dunia yang pada saatnya nanti harus dipertanggungjawabkan. Ayat-ayat yang menyebutkan tentang hisab :
"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah", [al Insyiqaq : 7-8].
"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". [al Insyiqaq : 10-12]
"Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka". [al Ghasyiyah : 25-26]
"Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya". [al Mu’min : 17]
Pada dasarnya kemiripan antara ‘hisab’ di Islam dan akuntansi terletak pada tanggungjawab setiap muslim untuk melaksanakan kewajiban berlandas ketentuan yang dijelaskan dalam kitab suci Alquran. Dalam hubungannya dengan bisnis, manajemen, penyedia dana bertanggungjawab terhadap semua tindakannya baik di dalam maupun di luar perusahaan. Pertanggungjawaban yang dimaksud di sini adalah ke umat atau masyarakat luas.
Kita sebagai umat Islam juga diharuskan mengungkapkan sesuatu dengan penuh fakta. Mengacu pada pemenuhkan kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi, maka umat islam diharuskan menyediakan informasi keuangan yang memungkinkan publik dapat memperoleh akses dengan mudah. Pengungkapan penuh atas informasi dan penyedia akses informasi secara mudah juga cerminan dari akuntabilitas manusia kepada Allah. Ayat-ayat tentang kejujuran :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur). (Q.S At Taubah; 119)”
“Artinya : Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jika mereka benar (jujur) imannya terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS. Muhammad; 21)”
“Artinya :  Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang jujur), orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S An Nisa; 69)”
“Artinya :  Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. (QS. Al Anfaal; 58)”

Beberapa ayat dalam Alquran juga mendeskripsikan pentingnya penyajian informasi keuangan secara benar dan penuh, termasuk detail untuk semua transaksi. Informasi keuangan harus disajikan sesuai dengan ketentuan, dan menggambarkan fakta yang terjadi. Penyajian informasi keuangan yang memadai merupakan bentuk pemenuhan kewajiban, dan informasi yang disajikan bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Sebagai calon-calon akuntan yang berjiwa ulul albab tentunya kita harus belajar menata hati, meredam hawa nafsu, dan lebih membentengi diri dengan iman agar dalam menerapkan ilmu yang telah didapat lebih bermanfaat, dapat menjadi insan yang selalu bertanggung jawab baik kepada Allah maupun sesama manusia.

Referensi :
1.       Alquran
2.       Alquran & Akuntansi, Sony Warsono-Bin Hardono, ABPublisher, Yogyakarta, 2012.
3.       http://almanhaj.or.id/content/2561/slash/0/hisab-pada-hari-pembalasan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar